Apakah Kamu Pernah Terjerat Benang Layangan Sewaktu Mengendarai Motor di Jalan Raya?


Apakah kamu pernah terjerat benang layangan sewaktu mengendarai motor di jalan raya?

Jawabannya pernah. Waktu itu sekitar bulan April 2019, saya ingin kembali ke kost yang berada di daerah Singaraja. Jarak dari kost (Singaraja) dengan rumah (Jembrana) sekitar 114 km. Rute yang saya pakai yaitu rute Jalan Raya Gilimanuk-Singaraja. Lama perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam kalau menggunakan motor. Saya berangkat sekitar jam 12 siang.
            Perjalanan dari rumah sampai pada perbatasan Kabupaten Jembrana dengan Buleleng terasa normal. Namun ketika melewati sebuah desa dengan jalan lurus, kejadian yang tidak saya inginkan terjadi.



(Gambar google maps penampakan desa yang memiliki jalan sangat lurus)
Jalan raya ini sangat sepi apapun harinya

               
Saya saat itu sedang mengendarai dengan kecepatan sekitar 80 km/jam. Di teriknya matahari terlihat sesuatu benda panjang yang berkilau dari kejauhan. Sebelum saya menyadari bahwa itu adalah senar gelasan, senar itu sudah melekat di leher saya. Dengan reflek cepat, tangan kiri saya menghalau senar itu agar leher saya aman sambil mengendarai dan mengerem dengan tangan kanan. Senar layangan benar benar sulit terputus, butuh beberapa puluh meter untuk memutuskannya.
Akhirnya senar terputus dengan perjuangan keras dan beberapa detik kemudian saya berhasil menberhentikan motor. Saya cepat-cepat melepas helm dan melihat keadaan tangan kiri saya. Nampak bercak berwarna hijau dari senar layangan di sekitar robekan kulit dan cukup mengeluarkan darah. Untung saja disebrang jalan ada warung yang buka. Saya menghampiri dan langsung bertanya apakah ada obat merah. Pedagang laki-laki yang saya ajak bicara berkata tidak ada, namun istrinya berkata kalau mereka memiliki plester luka. Pedagang laki laki membantu menutup luka sambil berkata bahwa memang warga sekitar sering bermain layangan pada musim kemarau. Cukup beralasan karena di daerah Bali memang banyak yang suka menerbangkan layangan, bahkan layangan diberi tambahan lampu agar pada malam hari dapat bercahaya seperti bintang. Namun, tidak juga menjadi sebuah pembenaran untuk bermain layangan di dekat jalan terutama jalan raya. Seperti gambar di google street view, tampak di bagian kiri dan kanan jalan memanglah sangat lapang. Mengapa tidak bermain sedikit lebih jauh dari jalan raya, karena pada kasus yang mengenai saya, senar layangan benar benar membentang jalan dengan rendahnya. Padahal angin pada saat itu cukup untuk meninggikan layangan dengan layak.
            Setelah selesai mengobati saya melanjutkan sisa perjalanan yang masih berjarak sekitar sekitar 80 km lagi. Saya tidak ada niatan untuk mencari si pemilik layangan karena akan menjadi lebih rumit dan hanya membuang waktu saya. Sisa perjalanan saya lanjutkan dengan hanya satu tangan. Karena jangankan menggenggam kemudi, terkena angin saja sudah sangat perih. Untung saja sisa perjalanan sampai tampa ada kendala. Saya bersyukur kepada tuhan karena masih diberikan keselamatan. Karena kasus kemungkinan paling buruk saat itu ialah antara leher saya luka sangat parah atau saya terjatuh dari motor. Dan untung saja terputusnya senar menggunakan tangan kiri, kalau tangan kanan sudah pasti tidak dapat melanjutkan perjalanan.
            Hingga saat ini ketika saya melewati daerah tersebut, saya pasti akan memelankan kendaraan karena trauma.


Foto ini diambil beberapa hari setelah kejadian karena baru kepikiran mengabadikannya. Nampak lukanya tidak begitu parah, iya karena lukanya sudah tertutup. Luka paling parah terdapat pada gambar pertama, efek robek yang dihasilkan cukup dalam.

Comments

Popular posts from this blog

Teks Ulasan Karya Seni (Lukisan) TOM LEA : LIFE AND WORLD WAR

Resensi Novel Tuyet

Tugas Bahas Inggris Presentating Exposition Text : Smoking Should be Banned in Public Area