Kegiatan Hacking di Sekolah
Ini tentang kebiasaan hacking saat akan ulangan
Metode hacking saat akan ulangan merupakan cara illegal.
Karena si pelaku dapat mengetahui soal terlebih dahulu sebelum dibagikan. Cara
ini masih kontroversial dari segi benar atau tidaknya, karena setau saya saat
membaca tata tertib di sekolah, tidak diatur hal demikian. Lagi pula sulit bagi
guru untuk mengawasi murid muridnya agar tidak melakukan hal yang demikian. Di
sekolah saya, kelas yang pertama kali mendapat ulangan atau test merupakan
tumbal untuk seluruh angkatan. Tak khayal jika setiap kelas membuat berbagai
alasan untuk meyakinkan guru untuk menunda ulangan. Dibutuhkan informan yang
baik agar praktek terlaksana, tidak lain dan tidak bukan ialah teman dekat yang
berbeda kelas.
Menurut pandangan saya, kegiatan ini ialah illegal sama
seperti mengetahui bocoran soal UN. Kegiatan ini malah memfokuskan siswa untuk
mencari jawaban yang soal minta, dan tidak mempelajari suatu materi secara
keseluruhan. Syukur syukur mereka mencari jawaban dengan usaha sendiri. Nah
pada kenyataannya , komplotan ini meminta jawaban dari si yang paling pintar (
ranking 1). Secara langsung juga si yang pintar ini tau tentang soal yang bakal
keluar. Beberapa kali saya ditawarkan untuk mengerjakan soal ulangan, namun
saya tolak. Sehingga mereka berhenti menanyakan apa apa ke saya.
Pernah dikelas saya, empat orang siswa mendapatkan bocoran
tentang UN matematika. Dan serentak untuk 4 orang tersebut mendapat nilai
100. Ini balik ke masalah stereotype di
Indonesia, dimana nilai diatas segalanya, bahkan diatas dari kompetensi diri
sendiri. Pernah juga 1 kelas mendapat bocoran soal ulangan biologi. Karena
soalnya sulit sekali, dan mereka sudah tau soal dan mencari jawaban di
internet, alhasil yang hanya remidi ialah saya seorang (btw saya dapat sekitar
60 hehehe).
Ini balik ke masalah stereotype di Indonesia, dimana nilai
diatas segalanya, bahkan diatas dari kompetensi diri sendiri. Ini bagi saya tidak adil dan merusak tatanan
dalam penilaian. Dimana nilai sama dengan kemampuan sudah hilang, yang ada
nilai sama dengan seberapa akrab anda dengan informan dan si pemberi jawaban.
Trus ? buat apa susah susah mengadakan penilaian kalau semua nilai itu fake.
Saya sangat mengapresiasi guru yang membuat soal selalu beda dengan kelas yang lain.
Saya juga sedikit bingung dengan guru yang membuat soal selalu sama dengan
kelas kelas yang lain. Guru kan sudah bertahun tahun. Bahkan sudah ada yang
puluhan tahun mengajar, dan sebenarnya kurikulum tidak terlalu jauh beda dari
tahun ke tahun. Otomatis mereka (si guru guru) itu memiliki kumpulan soal di
setiap materi. Kenapa tidak melakukan tambahan usaha untuk mengetik dan
mengprint soal ulangan yang berbeda beda di setiap kelasnya? Saya sangat
menyayangkan juga dengan guru sengaja tidak masuk dengan dalih masih membuat
soal ulangan. Sudah liburnya banyak, waktu mengajar sering telat, memberi
materi sedikit sekali, dan sering tidak masuk lagi. Benar benar untuk
mengetahui yang lebih mendalam harus belajar sendiri. Terima kasih pendidikan….
Comments
Post a Comment