Cerpen : Sahabat Lama Dalam Bahaya
Ini cerpen yang dibuat saya demi memenuhi tugas sekolah, nampaknya saya baru pertama kali membuat cerpen. Saya sendiri bahkan tidak kuat membacanya saking cringy-nya. dibuat pada tahun 2017. Btw saya buat ini dalam sehari lho... mantap juga saya. Tolong tinggalkan komentar, siapa tahu saya dapat teman dari post ini :)
Sahabat Lama
Dalam Bahaya
Masa kecilku penuh warna. Mulai dari
yoyo yang dibeli didepan sekolah, tamiya
dari seriap kartun Jepang di hari Minggu pagi, sampai barang mainan termahal
pada masanya yaitu PS 1 sudah aku
jajal. Kegiatan harian minggu pagi menjadi agenda wajib setiap anak. Karena
disanalah totonan menghibur berkumpul. Begitu juga dengan diriku, sampai-sampai
teman sejawatku memberi gelar anak 90-an banget. Hari-hari kecilku dijalani
selalu bersama anak tetangga sekaligus sahabatku. Tanpa aku sadari sebelumnya,
ia menghilang tanpa jejak saat aku berada di kelas 5 SD.
Sepuluh tahun berselang aku mengadu
nasib ke kota besar dengan modal sajana S1 marketing.
Tak ada kerabat, rekan, atau
kenalan. Hanya rasa nekat yang menemaniku disana. Hari ini aku mempunyai jadwal
wawancara kerja di suatu kantor swasta. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kost-ku. Namun karena padatnya lalu
lintas mebuat perjalanan jauh lebih memakan waktu. Selama perjalanan aku
sakadar mengulang kembali apa yang aku pelajari mengenai cara sukses wawancara
kerja di internet. Aku harus memperhatikan cara bicara, memilih jawaban-jawaban
yang tepat, pemilihan kata yang yang sesuai, dan segala tetek bengeknya yang
sukses membuat pikiranku rasanya ingin meledak. Sampai di awal pintu masuk, aku
sudah disambut udara AC yang seketika
menggetarkan jiwa ragaku.
“Astaga,
Agus harus tenang. Agus harus tenang” Begitulah gumamku sambil mengatur napas
Jujur
aku baru pertama kali diwawancarai. Untungnya tadi berjalan dengan lancar. Saat
berjalan keluar ruangan, aku tak sengaja menabrak wanita berkacamata. Munggkin
karena masih terasa gugup, aku menjautuhkan barang dari genggamannya. Tanpa
melihat ke arah mukanya, aku langsung meminta maaf dan membantu mengambil
barang yang terjatuh. Tampak buku diary
yang kertasnya sudah menguning tanda buku itu sudah tua. Sekilas aku membaca
coretan tertulis Saras yang nampaknya itu nama si pemiliknya. Nama Saras
sendiri memiliki hal unik menurutku. Nama tersebut termasuk memiliki sifat
palindrom yang artinya suatu kata atau bilangan yang jika dibaca dari depan
akan sama bila dibaca dari belakang. Contohnya dari bilangan 21312. Aku juga
melihat stiker legend Agumon,
karakter monster dalam serial kartun digimon.
“Mbak,
ini barangnya. Mbak ternyata suka digimon juga”
“Eh
iya, itu tontonan saya waktu kecil bersama sahabat saya yang tetanggaan. saya
dulu juga menulis diary sama dia”
“Loh
kok sama ya, tapi bedanya tetangga saya yang nulis. Mungkin kita jodoh”
Candaku.
“Ah
kamu seneng gombal”
Wanita tersebut bergegas menuju
ruang kerjanya dengan langkah terburu-buru. Walau cuma sesaat melihat sesaat
melihat wajahnya. Aku merasakan aura aura kecantikannya terpancar begitu besar
sampai-sampai aku tidak dapat membendung kekagumanku mengenai kecantikannya. Rambutnya
yang diikat ponytail, kulitnya yang
putih terawat, dan kacamata sebagai penambah kecantikannya. Ia bagaikan
bidadari yang nyasar di kota ini.
Setelah menunggu beberapa hari, aku
ternyata diterima di kantor itu. Ingin sekali aku mengadakan syukuran bersama teman-teman
atau keluarga. Sayangnya tidak seorangpun yang aku kenal di kota ini. Alhasil
aku merayakannya sendiri di tempat makan favorit anak muda. Setiap saat tempat
makan tersebut ramai apalagi saat malam Minggu. Sejauh mata memandang
pengunjung tempat makan datang bergerombol. Antara laki-laki dan perempuan
saling duduk berpasangan. Hanya aku saja yang datang sendirian. Dengan baju
terkesan tidak menarik. Ingin sekali aku memiliki seorang kekasih dambaan. Saat
SMA, seorang temanku memberi tahu kalau sifatku yang aneh dan tidak peka
membuat sampai saat ini aku masih single.
“Ingat
Agus, jodoh itu di tangan Tuhan. Mana berani aku mengambinya” Hiburku untuk
diri sendiri. Saat kesepian memang aku terkadang berbicara sendiri untuk
menghilangkan pikiran kosong. Orang-orang sekitarku menganggapnya aneh bahkan
gila. Tetapi aku tidak mepedulikan mereka.
Hari Senin dimana hari pertamaku
bekerja . Aku bangun lebih awal untuk bersiap-siap termasuk sarapan. Kali ini
aku sengaja memilih jalan pemukiman untuk menghindari macet. Saat melewati gang
kecil, aku melihat Saras yang berjalan berlawanan dengan arahku sendiri.
“Mbak,
kok jalan sendiri ? Gak dianter pacar ?”
“saya
nggak punya pacar. Lagi jalan ke tempat bis yang lagi ngetem”
“Oh...mau
saya antar? Kantor kita kan sama”
“Onegaisimas”
“Mohon
bauntuannya? Leh ugha, Mbak suka anime ya?”
“Dulu,
sekarang ga ada waktu buat nonton”
“Yes”
Balasku dengan percaya diri
“Ada
apa?”
“Nandemonai”
Aku balas juga dengan bahasa jepangnya tidak ada apa-apa sambil bersyukur dalam
hati bisa dekat dengannya.
Selama perjalan kami membahas
mengenai masa kecil dan anime yang dulu
ditontonnya untuk menghilangkan rasa canggung. Aku merasa ada kecocokan
peristiwa antara dengan sahabatku yang menghilang dulu.
“Oke
sudah sampai Mbak”
“Makasi
ya Mas. Ini ongkosnya”
“Mbak
ini antara ngasi imbalan dengan ngejek beda tipis. Gak apa ikhlas kok saya”
“hehehehe....
yaudah duluan ya”
Hari pertama kerja aku gunakan untuk
beradaptasi dan berkenalan dengan lingkungan baru. Baru 2 jam aku bekerja, aku
sudah memecahkan vas di atas meja Pak Tono. Sontak orang-orang kantor
melihatku. Pak Tono yang memang dikenal tempramental. Aku sepertinya
membangunkan singa yang sedang tertidur saja. Omelannya yang panjang lebar
membuatku gemetar sendiri. Belum lagi
aku dicap mesum oleh seorang pegawai kantor wanita. Aku tanpa sadar masuk tanpa
sadar ke kamar mandi wanita. Aku tidak memperhatikan tanda toilet wanita yang
terpampang jelas di bagian atas pintu.
“Orang-orang
kantor sangat menyeramkan” Kataku saat jam makan siang.
Sebenarnya bukan itu saja kejadian
buruk yang menimpa hari ini. Pagi-pagi awal sudah dimarah satpam karena
memarkir motorku di tempat parkiran mobil sampai salah pengetikan nama atasanku
sehingga terdengar lucu oleh teman sekantorku. Hari ini bisa dibilang hari
terburuk dalam hidupku. sampai peristiwa terakhir pada sore hari terjadi.
Awalnya tampak biasa-biasa saja. Peristiwa dimulai saat aku disuruh meminta
tanda tangan sekretaris oleh Buk Haji. Ternyata Saras yang menjadi sekretaris.
“Saras
Kartika ? Hmmm... rasanya kenal” Aku melihat tanda pengenalnya yang terpampang
diatas meja.
“Masa,
Oh nama kamu siapa?” Sambil mengecek surat-surat yang aku berikan.
“Agus
Priangan” Kataku membuatnya seketika diam
“Tunggu
dulu, kamu Agan ya ?”
“Tunggu
dulu, kamu Tika ya ?” Kami saling menyebut nama masa kecil masing-masing secara
bersamaan. Lalu tertawa juga bersamaan.
Ternyata
dialah sahabat kecilku yang aku cari-cari. Pantas saja aku tidak menyadarinya
karena berbeda jauh dengan penampilan cueknya dulu. sekarang jauh lebih
terawat. Gelak tawa tiba-tiba berubah menjadi jeritan. Air dalam gelas dan
kaca-kaca saling bergetar dengan kuat.
“Gempa.....!!!”
Salah satu pegawai kantor berteriak.
Aku langsung menarik Saras ke bawah
meja. Reflekku begitu cepat sebelum bangunan kantor runtuh. Runtuhnya bangunan
kantor sontak menghentikan jeritan pegawai kantor. Kantorku terdiri atas 3
lantai dan ruang Saras terlletak desebelah pojok lantai 2 kantor. Ajaibnya aku
masih hidup walau kakiku tertimpa reruntuhan dan aku terluka dibeberapa bagian
tubuh. Sempat aku pingsan selama beberapa jam. Terlihat saras sedang
tertelungkup tak sadarkan diri. Segera aku mendekatinya dengan sekuat tenaga
menganggat reruntuhan menimpaku yang ukurannya lumayan. Sambil tertelungkup aku
menggoyang –goyangkan tubuhnya sambil memanggil manggil. Untungnya ia segera siuman
, namun tergelulai lemas dengan darah mengalir cukup banyak. Aku berusaha
menghentikan penghentikan pendarahan di kakinya dengan kaosku.
“Saya
gak mau mati. Saya gak mau mati” Kata-kata itu terus diulang olehnya.
“Tenang
saras kita pasti selamat, aku ingin membicarakan banyak hal denganmu” Aku
mengatakannya dengan optimis walaupun aku juga tidak yakin dengan kelangsungan
hidup kami .
Masalah lain muncul, rasanya sulit
sekali untuk bernapas dengan bebas di reuntuhan. Terpaksa kami harus bernapas
dengan mulut yang jelas membutuhkan tenaga lebih banyak. Belum lagi kami
terserang dehidrasi akibat panasnya udara sekitar. Lemas rasanya, bergerakpun
merupakan hal yang sulit dilakukan. Tim penyelamat belum juga menunjukkan tanda
tanda keberadaannya. Aku baru sadar kalau tadi sempat membawa tas yang berisi
roti dan air. Tas itu ada disampingku. Aku harus berusaha menariknya dari celah
reruntuhan. Aku berikan sebagian kepada laras. Kami berdua makan dalam keadaan
tertelungkup. Saat tengah malam terjadi beberapa gerakan reruntuhan yang
kembali menimpa kakiku. Nampaknya reuntuhan kambali membuatkku tidak dapat
bergerak. Sempat aku beberapa kali tidak sadarkan diri sampai aku terbangun
karena suara orang sedang memanggil dari tim penyelamat. Aku berusaha untuk
menyaut tetapi tim penyelamat tidak mampu mendengarnya. Aku gunakan batu kecil
lalu mengetuk mengetuknya ke lantai.
“Tok...
Tok... Tok... tolong kami” Kataku lemas
“
Hey aku mendengar suara korban” kata salah satu tim penyelamat.
Butuh
waktu 1 jam untuk mengeluarkan kami secara hati-hati. sedikit saja lalai dapat
membuat nyawa kami menjadi taruhannya. Aku melihat sedikit cahaya dan beberapa
orang. Mereka berhasil menemukan kami. Aku menyuruh mereka untuk menyelamatkan
Saras terlebih dahulu.
Aku
dan Saras selamat walau harus dirawat intensif selama beberapa minggu kedepan.
Keluargaku semuanya datang dari desa untuk menjenguk. Aku mendapat ucapan
terimakasih dari Ibu saras. Berkatku, Saras dapat selamat dari gempa. Hanya aku
dan Saras yang selamat di kantor kami. Berita mengatakan gempa yang mengguncang
kota menyebabkan puluhan ribu orang harus kehilangan nyawanya. Peristiwa
tersebut menjadi peristiwa terkelam dalam hidupkku.
Comments
Post a Comment